Monday, October 1, 2012

Melihat Peluang bukan Penghalang


MELIHAT PELUANG BUKAN PENGHALANG.

Seorang pengusaha sepatu mengutus 2 calon tenaga penjualnya ke sebuah daerah guna menjajaki kemungkinan menjual produk sepatunya di daerah tersebut.

Penjual 1 mendatangi daerah tersebut dan dilihatnya tidak seorang pun penduduk daerah tersebut mengenakan sepatu. Penjual 1 kembali menghadap si pengusaha dan menyampaikan, “Sulit rasanya menjual sepatu di daerah tersebut Pak, karena tidak seorang penduduk pun di daerah tersebut yang mengenakan sepatu. Bagaimana mungkin kita menjual sebuah produk yang orang tidak memakainya?”

Bersamaan dengan Penjual 1, Penjual 2 pun mendatangi daerah tersebut dan menyaksikan hal yang sama, yakni tak seorang penduduk daerah tersebut mengenakan sepatu. Penjual 2 kembali menghadap sang penguaha dan berkata, “Sungguh peluang yang luar biasa, Pak. Tidak seorang penduduk pun mengenakan sepatu, dan saya yakin produk kita akan laris karena mereka sangat membutuhkan sepatu-sepatu kita.”

Kalau Anda adalah pengusaha tersebut, tenaga penjual manakah yang akan Anda rekrut?

Selamat merekrut, the right people!

Have a great Monday!

Salam,
Oktira Kirana


Wednesday, August 15, 2012

IF I ONLY HAD TIME



IF I ONLY HAD TIME
  (image by Heleneee)
So much to do
If I only had time, if I only had time
Dreams to pursue
If I only had time they'd be mine

Time like the wind
Those are hurrying by and the hours just fly

Apakah Anda merasakan hal sama dengan yang dirasakan John Rowles dalam lagunya di atas?
Betapa waktu berjalan sangat cepat dan berlalu ….lalu kita mulai merenung… apa yang sudah kita lakukan?
Tak sempat lagi kita menghitung hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum’at. Dan Thanks God It’s Friday…..mulai berasa bukan kenikmatan lagi karena sebelum habis Jum’at ini kita nikmati telah datang Jum’at berikutnya ..dan begitu seterusnya.

Lalu apa isi hari-hari kita yang berlalu cepat itu?
Sebagai pribadi, apakah kita sudah menjadi pribadi yang lebih baik? Apakah semakin dekat kita dengan Tuhan?
Sebagai anggota keluarga, apakah kita sudah memerhatikan keluarga kita, dan menyadari bahwa bukan tidak mungkin hari ini adalah hari terakhir kita bertemu dengan orang-orang yang kita sayangi dan cintai tersebut…
Sebagai karyawan, apakah kita sudah memberikan hasil kerja terbaik bagi perusahaan atau melewatkan minggu minggu kerja kita begitu saja tanpa hasil yang signifikan?

Kalau selama ini belum sempat terpikirkan, sekaranglah saatnya, jangan tunda lagi.

Masih ingat cerita tentang seorang ibu yang mengabaikan permintaan sederhana anaknya karena si ibu terburu-buru berangkat ke kantor? Permintaan sederhana anak seusia 9-10 yang minta ibunya memandikannya di pagi hari. Begitu sederhananya sehingga si ibu menganggap permintaan yang mengada-ada dan mengabaikannya. Pada akhirnya, penyesalanlah yang datang, ketika si ibu harus memandikan tubuh anaknya yang sudah tak bernyawa lagi. Saya merinding ketika mengetikkan kalimat terakhir. Tak kan pernah terbayangkan oleh saya seperti apa rasanya dan tidak ingin.

Jangan menolak bayangan yang melintas di pikiran Anda, saat Anda mengandaikan hal tersebut terjadi pada Anda. Toh Anda tidak sedang berdoa dan memintanya. Tetapi inilah saat yang tepat bagi saya dan Anda, kita, untuk mulai belajar memanfaatkan waktu dengan lebih bijaksana.

Sebagai makhluk-Nya, apakah kita sudah menjadi manusia yang lebih baik dan semakin dekat dengan sang Khalik? Apakah rasa syukur kita sudah melebihi keluh kesah kita? Bersyukur tak hanya pada hal-hal kasat mata atau hal luar biasa yang kita terima. Bersyukur akan hal-hal sederhana namun maknanya luar biasa. Andai bernapas itu bayar, maka berapa rupiah yang harus kita bayarkan untuk setiap helaan napas kita? sepanjang hidup kita?
Mungkin Ramadhan ini adalah waktu yang ‘pas’ untuk memulai berbenah diri, jika memang moment merupakan hal penting dalam melakukan sebuah perubahan spiritual.

Datang pagi pulang petang tanpa makna yang jelas tentunya bukan tujuan kita datang ke kantor sebagai seorang karyawan. Ada tanggung jawab kita di sana untuk berkontribusi secara utuh kepada perusahaan dimana kita bekerja sebagaimana janji kita saat diterima bekerja di perusahaan tersebut.
Bukan hal yang luar biasa bila perusahaan meminta kita untuk tinggal sedikit lebih lama guna mengejar deadline yang tak terelakkan.

Namun, jangan biarkan pekerjaan membelenggu kita sehingga tak ada lagi waktu yang tersisa untuk keluarga. Life Balance, keseimbangan hidup, personal dan profesional. Kita lah yang menciptakan. Bukan hanya melulu masalah kuantitas (waktu) namun juga kualitas setiap pertemuan dengan keluarga yang juga penting. Anda tidak ingin bukan di suatu acara jalan-jalan keluarga, sang Ayah asyik dengan Ipad-nya, sang ibu asyik dengan BB-nya, sang anak asyik dengan PSP-nya. Itukah yang disebut kebersamaan dalam keluarga? Bersama-sama asyik dengan gadget masing-masing?

Intinya, gunakan waktu kita dengan lebih bijaksana sebelum waktu meninggalkan kita atau kita meninggalkan waktu….. karena hidup itu terlalu singkat…

……
Where to begin
There are mountains I'd climb, if I'd time
Since I met you I've glored
Life really is too short, lovin' you
So many things we could make true
A whole century isn't enough to satisfy me


Salam,
Oktira Kirana 

Friday, December 9, 2011

PENCITRAAN PEREMPUAN, ISTRI, IBU - Prihatin


PENCITRAAN PEREMPUAN, ISTRI, IBU - Prihatin

Tak perlu menunggu hari Ibu untuk mulai prihatin dengan pencitraan perempuan, istri, ibu oleh media iklan.
Waktu 2 jam, 2 kali sehari, 5 hari seminggu cukup rasanya bagi saya menyimak dan menyerap beberapa iklan yg diperdengarkan di radio sepanjang perjalanan berangkat dan pulang kantor.

Dan cukup dalam keprihatinan saya terhadap penggambaran citra perempuan yang notabene menjabat sebagai seorang istri sekaligus ibu yang digambarkan oleh iklan sebagai wanita konsumtif yang merongrong suami dan bukan panutan yang baik bagi anak-anaknya.

Berikut beberapa yang sempat terekam oleh saya.

Dalam iklan salah satu minimarket yang tumbuh menjamur dan selalu bersaing dengan kompetitornya, diceritakan seorang ibu pulang arisan menceritakan kepada  suaminya, bahwa Ibu A baru saja membeli mobil baru, masih gres, masih ditutup plastik semuaaa….. dan tadi dia diantar pulang oleh Ibu A naik mobil barunya. Ditambah dengan cerita, kemarinnya, ketemu dengan Ibu B naik motor baru. Dan sang istri pun berkata, "Lalu, kapan kita ganti mobil?"  Dilanjutkan dengan, "Boro-boro ganti mobil, blackberry aja sampai sekarang belum dibeliin.”, dan diakhiri dengan kata "Huh!" yang ditujukan ke suaminya ....
Sungguh prihatin....

Dalam sebuah iklan salah satu department store “S”, digambarkan seorang Ibu minta dibelikan celana jeans baru ke suaminya hanya karena model yang sekarang dipromosikan sedang bagus-bagus, padahal kata suaminya baru minggu lalu dibelikan.
Namun si Ibu memaksa dengan alasan karena sedang diskon, jadi kapan lagi?? Sampai anak perempuannya pun ikut nimbrung dan meminta dibelikan mainan. Dan si ibu menjawab dengan ringan, “Pasti dibelikan, karena kan sedang ada diskon.”
Sungguh, prihatin untuk yang kedua kalinya..

Iklan otomotif (salah satu jenis mobil).
Diceritakan sepasang suami-istri sedang berdebat kencang soal mau membeli mobil. Sang istri dalam dialognya memaksa suami membeli mobil untuk kepentingan dirinya pribadi (mobil kecil) daripada membeli mobil untuk usaha... Meskipun sang suami sudah memberikan argumentasi bahwa mobil yang akan dibeli adalah untuk memperlancar usaha mereka, namun sang istri terkesan tidak mau tahu...
(iklan ditutup dengan solusi, membeli kedua mobil yang diinginkan dengan program diskon khusus yang ditawarkan oleh provider)
Sungguh, prihatin yang ke tiga kalinya ...

Iklan salah satu provider tv kabel, lebih menyesakkan dada lagi (bagi saya pribadi).
Iklan tersebut menceritakan seorang ayah menelepon ke rumah untuk memberitahukan bahwa dia terlambat pulang karena ban mobilnya bocor. Tetapi apa respon yang dia terima?
Anak perempuannya yang menerima telepon pertama kali mengalihkan telepon ke kakak laki-lakinya karena sedang asik menonton acara tv kesayangannya. Sang kakak yang memperoleh pengalihan telepon, tidak mempedulikan apa yang dikatakan ayahnya dan malah meminta ayahnya untuk menunggu sebentar, karena tim sepak bola kesayangannya sedang bertanding dan akan mencetak goal. Baru setelah goal berhasil (ditandai dengan teriakan gembira sang anak laki-laki), telpon dari ayahnya baru ditanggapi itupun kemudian diteruskan ke mamanya.
Mamanya menerima telepon dari suaminya sambil terus tertawa-tawa karena sedang asik menonton tv, tanpa memperhatikan isi pembicaraan suaminya yang mengabarkan bahwa dia akan pulang terlambat karena ban mobilnya bocor, dan terus tertawa sambil berkata, “Ga apa-apa…..”
Sang ayah pun menutup telepon (samar terdengar nada kesal..)

Iklan ditutup dengan tertawa bahagia dari pembawa iklan dengan tagline ‘sekarang, setiap orang, bisa asik sendiri-sendiri karena bla-bla-bla…’

Sungguh gambaran keluarga yang memprihatinkan ...
Anak-anak yang tidak peduli. Istri yang tertawa bahagia saat mendengar kabar kurang mengenakkan dari suami (ban mobil bocor dan telat pulang) ....tak ada empati sama sekali….
Bukan sebuah contoh yang bagus yang digambarkan dari seorang perempuan, seorang istri dan seorang ibu…….
Sungguh, prihatin yang keempat kalinya….

Masih dari iklan otomotif, kali ini terkait dengan pelayanannya.
Seorang istri menelpon suaminya yang sedang bertugas di luar kota dan mengingatkan untuk service mobilnya dengan nada marah, dan nada suaranya bertambah tinggi ketika sang suami mengatakan bahwa di kota tersebut tidak ada bengkel untuk service mobil yang mereka maksud.
Diselingi dengan suara pembawa iklan, bahwa pelayanan mereka sudah menyebar ke berbagai kota di Indonesia, iklan ditutup dengan perintah sang istri kepada suami dengan mengatakan,  "Pokoknya harus bawa mobilnya ke bengkel dan cepat pulang ke rumah, TITIK.”
Sungguh bukan gambaran seorang istri yg bijak….

Sungguh, prihatin untuk ke sekian kalinya …..


Memang tidak dipungkiri, iklan bertujuan untuk menjual dan mencetak brand. Semakin ekstrim maka akan semakin diingat oleh calon pembeli (correct me if I’m wrong).
Namun, tidak bisakah sebuah iklan mengambarkan sebuah keluarga dari sisi yang lebih positif? Sebuah keluarga yang bahagia dan saling mendukung, sebuah keluarga yang saling menghargai dan berempati?
Tidak bisakah seorang perempuan, istri, ibu digambarkan dengan citra yang lebih bijak dan patut menjadi teladan bagi anak-anaknya? Yang layak menjadi kesayangan suami?

Karena kenyataannya, masih banyak iklan yang tetap mengedepankan sisi positif dari seorang perempuan, istri, dan ibu.
Bagaimana produk mereka mampu membuat perempuan menjadi sanjungan tanpa kehilangan citra positifnya. Bagaimana produk mereka dapat membuat seorang istri menjadi kesayangan dan andalan suami dalam menyelesaikan masalah. Bagaimana produk mereka dapat menjadikan seorang ibu menjadi idola keluarga yang tak terkalahkan …….
Sungguh ………