Tipe pertama adalah pembelajar (learner).
Seorang pembelajar akan mencari tahu terlebih dahulu apa tujuan dari training tersebut, apa yang hendak dicapai dengan mengikuti training tersebut. Bahkan seorang pembelajar memiliki tujuan bagi dirinya sendiri, karena seorang pembelajar tidak akan membiarkan dirinya tak tentu arah.
Tidak hanya itu, seorang pembelajar juga akan berusaha memperoleh sesuatu dari yang telah dipelajarinya. Bagi pembelajar, setiap sesi adalah proses mengubah pola pikir, mengubah perilaku, ke arah yang lebih baik.
Seorang pembelajar, akan melihat setiap sesi sebagai peluang baru untuk belajar, setiap orang di sekelilingnya adalah trainer yang dapat memberikan banyak pelajaran yang mungkin tak tersampaikan dalam kelas training. Dan seorang pembelajar akan melihat setiap pertanyaan, quiz dan test dalam sesi training adalah kesempatan untuk mengasah diri menjadi lebih baik.
Tipe kedua adalah turis (tourist).
Sebagaimana layaknya turis pada umumnya, maka tujuan training bukanlah hal utama bagi seorang bertipe turis, yang lebih penting bagi mereka adalah, apakah tempat training itu menyenangkan atau tidak, apakah perjalanan menuju ke tempat training memberikan pengalaman baru atau tidak. Training bagi mereka identik dengan rekreasi, refreshment/ penyegaran.
Seorang bertipe turis akan lebih mengingat bagaimana sebuah training berlangsung daripada isi training itu sendiri. Bila suasana training membuat hatinya senang, maka dia akan senang mengikutinya. Sebaliknya bila suasana training membuatnya tidak nyaman, maka dia tidak akan nyaman mengikuti training tersebut.
Tidak terlalu penting pula bagi tipe turis untuk mengetahui siapa ‘guide’ yang akan membawanya ‘tour’ dalam training.
Tidak semua turis menyukai tantangan. Demikian pula peserta dengan tipe ini. Beberapa diantaranya akan melihat pertanyaan, quiz ataupun test sebagai sesuatu yang mengganggu kesenangan dan menjadi beban, karena memaksa mereka meninggalkan sejenak kegembiraan yang mereka nikmati selama training.
Tipe ketiga adalah sandera (hostage).
Jelas tergambar dari istilahnya, seorang sandera sama sekali tidak mengharapkan hadir dalam sebuah training. Baginya training adalah sebuah sesi yang membuatnya sangat tidak nyaman. Jangankan mencari tahu tujuan training, mencari tahu mengapa harus pergi training saja terkadang tidak dia lakukan.
Seorang sandera tidak akan peduli bagaimana pun lingkungan membawa dia, karena pikirannya hanya terfokus pada dirinya sendiri, pada bagaimana dia mencoba menenangkan dan menyamankan dirinya. Bagi seorang bertipe sandera, setiap orang yang ada di sekelilingnya adalah ancaman, terlebih mereka yang mencoba menyampaikan hal-hal yang tidak atau belum dia ketahui. Semakin banyak informasi yang dia terima dari orang-orang di sekitarnya, semakin dia merasa terancam.
Tipe sandera cenderung tidak memperhatikan sesi training yang berlangsung. Baginya tidak ada bedanya apakah dia dapat memetik pelajaran atau tidak dari training yang berlangsung. Baginya pula, setiap pertanyaan, quiz ataupun tes adalah hukuman yang harus dia terima sebagai konsekuensi mengikuti training. Secara ekstrim, seorang sandera akan selalu berharap training segera berakhir.
Tipe keempat adalah provokator (provocator).
Rasanya tipe ini hanya memerlukan penjelasan singkat. Tujuan training, tujuan mengikutinya dan pelajaran apa yang dapat diperoleh adalah hal yang tidak sepenuhnya dipahami bagi seorang provokator.
Mustahil memang menemukan peserta dengan tipe yang seragam dalam suatu kelas training. Justru keberagaman tipe peserta itulah yang membuat training menjadi lebih hidup, lebih dinamis, lebih menarik dan lebih menantang. Seperti layaknya sebuah kehidupan, akan lebih berwarna kalau orang-orang di dalamnya memiliki karakter yang berbeda-beda.
Dan setiap tipe pasti memiliki sisi positif dan negatif. Bisa dikatakan bahwa fasilitator ikut berperan dalam bagaimana membawa sisi negatif peserta ke arah yang positi, atau lebih mengeksplor sisi positif setiap tipe. Namun, yang lebih berperan lagi sebenarnya adalah peserta itu sendiri. Semua kembali kepada diri peserta masing-masing. Apakah mereka memiliki tujuan bagi dirinya dalam mengikuti training, apakah mereka mau menyesuaikan diri dengan peserta-peserta lain dan lingkungan barunya, apakah mereka akan mengambil pelajaran dari setiap sesi, quiz atau test yang diberikan; atau tidak.
Nah, jika kehidupan ini adalah sebuah training, dan setiap peristiwa di dalamnya adalah sesi-sesi dalam training, serta setiap musibah atau cobaan adalah quiz atau test, maka termasuk tipe peserta yang manakah Anda?
Salam,
Oktira Kirana