Wednesday, June 9, 2010

DON’T TOUCH THESE MESS, I KNOW WHERE EVERYTHING IS …..

DON’T TOUCH THESE MESS, I KNOW WHERE EVERYTHING IS …..

Kedengarannya seperti ancaman, tetapi begitulah tertulisnya.

Tulisan tersebut saya baca di meja dosen saya sekitar 16 tahun yang lalu, dan saat ini tulisan itu pun terpampang di meja (kerja) saya.
Sama sekali bukan bermaksud mengancam, tetapi saya punya aturan tersendiri dalam menetapkan ‘organisasi’ meja (kerja) saya. Saya akui bahwa saya termasuk orang yang memiliki attention to detail cukup tinggi. Termasuk orang yang relatif memiliki banyak aturan, banyak tatanan dan ingin menjaga aturan dan tatanan tersebut sesuai porsinya, walaupun seringkali tidak mutlak terjadi demikian.

Saat pertama kali membaca tulisan tersebut di meja dosen saya, saya pun sempat berpikir seperti yang Anda pikirkan, “Sombong sekali orang ini, kayak inget aja barang-barangnya yang berantakan ini.”
Tapi, itulah istimewanya. Saya percaya, karena itu didukung dengan bukti. Dan saya adalah saksinya.
Sebagaimana mahasiswa tingkat akhir pada umumnya, yang juga seringkali digambarkan di film-film lokal, pada hari yang telah ditetapkan, saya pun duduk ‘manis’ menunggu dosen saya untuk berkonsultasi tentang tugas akhir. Saya datang lebih pagi, dipersilakan duduk oleh petugas yang ada, di kursi di depan meja beliau untuk menunggu, karena beliau belum datang.

Nah, saat itulah saya baca tulisan “Don’t touch these mess, I know where everything is”.
Sempat saya berpikir seperti yang saya sampaikan di atas tadi, tetapi kemudian saya tersenyum, sambil tetap berpikir dalam hati, “masa sih, beliau ingat bener letak barang-barang yang ada di mejanya, banyak begini, berantakan pula.”

Kurang lebih setelah hampir satu jam menunggu, beliau muncul dengan gaya khas beliau (agak cowboy). Setelah sekilas ‘say hello’ beliau tidak langsung mengajak saya ngobrol tetapi langsung melihat-lihat mejanya, dan memanggil petugas kebersihan yang tadi mempersilakan saya duduk untuk menunggu. Bukan cara memanggilnya yang membuat saya melongo, tetapi pertanyaan yang dilontarkan pada si Petugas kebersihan itulah yang membuat saya melongo, karena beliau menanyakan,”Pak, ballpoint biru yang nggak ada tutupnya, yang ada di samping telepon, Bapak pindahin kemana ya?”

Belum selesai melongo saya, karena saya pikir beliau hanya lupa, eh, pak Petugas pun menjawab, “Saya masukkan ke dalam tempat pensil di meja Bapak.”
Bukan berterima kasih, beliau malah berujar dengan sedikit nada mengingatkan, “Saya kan sudah bilang, meja saya jangan dikutak-kutik, jangan dipindah-pindahkan barang-barangnya, Saya kan sudah tulis di situ, ‘Don’t touch these mess, I know where everything is’, Saya tahu kalau meja saya isinya berubah atau berpindah.”

Pak Petugas kebersihan kembali menjawab dengan lugu, “Maaf Pak, tapi saya nggak ngerti arti tulisan Bapak itu.”

Gubbraaakk!!

Kira-kira itulah yang terjadi dengan saya mendengar jawaban pak Petugas kebersihan tadi.

Pelajaran yang saya tangkap kemudian adalah :

1. Bila Anda bermaksud menyampaikan pesan, sesuaikan dengan lingkungan Anda. Bahasa tulisan bisa memiliki makna yang berbeda saat dibaca oleh orang yang berbeda, dengan cara pandang yang berbeda yang pada akhirnya menimbulkan pemahaman yang berbeda, (dalam kejadian di atas mungkin memberikan kesan kurang bersahabat, mengancam, tidak sensitif, dll.).
2. Bila Anda mengandalkan komunikasi tertulis untuk berkomunikasi dengan orang lain, pastikan sasaran ‘audience’ pesan Anda. Menggunakan bahasa yang lebih umum (universal) dan mudah dimengerti akan memudahkan pesan Anda dipahami oleh pihak yang Anda maksud.

Kembali, komunikasi selalu melibatkan 3 unsur dasar, pemberi informasi, penerima informasi dan media. Di setiap ketiganya tidak terlepas dari adanya hambatan. Rasanya tidak mungkin untuk menghilangkan semua hambatan yang ada. Yang dapat kita lakukan adalah meminimalkan hambatan yang terjadi sehingga komunikasi yang kita lakukan menjadi lebih efektif.

Namun tidak dipungkiri bahwa saya, secara pribadi, tetap menggunakan bahasa sebagaimana tertulis di atas, meski saya yakin tidak semua orang memahami maksud saya, tetapi saya cukup memahami ‘audience’ saya yang notabene secara pengetahuan di atas rata-rata. Saya hanya ingin menyampaikan pesan bahwa, silahkan meminjam barang-barang saya bila diperlukan, asalkan dikembalikan ke tempat semula, sehingga mudah bagi saya untuk mempergunakannya kembali….(jadi panjang kan kalau dituliskan demikian…?? )

Meski seringkali saya temukan pada hari Senin, awal minggu letak telepon tidak seperti pada saat saya tinggalkan di hari Jum’at, saya cukup memahami, bahwa petugas kebersihan sedang melakukan tugasnya membersihkan meja dan telepon pada hari Sabtu, dan saya tidak berhak complain atas hal itu ……. Harusnya berterima kasih malah …..

Begitu teman, sama sekali bukan bermaksud untuk tidak bersahabat… 


Salam,
Ira

No comments: