Friday, August 20, 2010

Kasih Sayangku seperti Garam

KASIH SAYANGKU seperti GARAM

Tersebutlah suatu kerajaan yang makmur dan kaya raya yang dipimpin oleh seorang Raja yang gagah perkasa. Raja tersebut memiliki 3 orang putri yang cantik-cantik. Putri sulung bernama Asoka, putri tengah bernama Bestari dan putri bungsu bernama Caraka. Ketiga putri raja tersebut selain cantik dan lembut, mereka juga menyayangi ayahanda Raja.

Namun demikian, Raja belum cukup puas bila tidak mendengar sendiri seberapa besar kasih sayang ketiga putrinya terhadap dirinya. Maka, pada suatu hari dipanggillah ketiga putrinya untuk menghadap.
“Putri-putriku, tidak ada keraguan dalam hati Ayahanda akan kasih sayang kalian terhadap Ayahanda. Namun, Ayahanda ingin mendengar langsung dari kalian, seberapa besar kasih saying kalian terhadap Ayahanda.” Demikian Baginda Raja mengawali percakapannya dengan para putrinya.

Putri Asoka menjawab dengan penuh kelembutan, “Ayahanda, kasih sayang ananda kepada Ayahanda seperti luasnya samudra dan bentangan langit.
Baginda tersenyum bahagia mendengar penuturan sang putri sulung, sambil berkata, “Terima kasih putriku, besar sekali kasih sayangmu.”

Putri Bestari pun segera berkata, “Kasih sayang ananda kepada Ayahanda bak intan permata yang berkilau.”
Senyum Baginda Raja semakin lebar mendengar penuturan sang putrid Bestari.
Tibalah saatnya bagi putri bungsu, Caraka untuk mengungkapkan rasa kasih sayangnya kepada Ayahandanya.

Perlahan, putri Caraka berkata, “Kasih sayang ananda kepada Ayahanda seperti ananda membutuhkan garam, yang……….”
Mendengar penuturan putri Caraka, wajah Baginda Raja langsung berubah memerah dan sebelum putri Caraka menyelesaiakn kalimatnya, serta merta menyahut dengan tegas, “Kasih sayangmu hanya seperti garam? Sungguh kau putri yang tidak tahu menghormati orang tua. Pengawal, bawa putri Caraka keluar dari istana, dia tidak pantas berada di sini, karena menyayangi Ayahandanya tidak lebih dari dia menyayangi garam. Asingkan dia, dan jangan pernah bawa dia kembai ke istana.”

Demikianlah, akhirnya sang putri Caraka dibawa oleh pengawal keluar istana dan dibuang ke hutan.

Putri Caraka sedih dengan perlakuan Ayahandanya, namun dia memaafkan Ayahandanya. Haripun mulai gelap, perlahan dia melangkah menyusuri hutan. Di kejauhan tampak sebuah gubuk dengan pelita yang redup. Putri Caraka pun menghampiri gubuk tersebut yang ternyata dihuni oleh seorang ibu tua yang tinggal seorang diri. Ibu tua itu mempersilakan Putri Caraka masuk ke dalam gubuknya tanpa pernah tahu bahwa putri cantik di hadapannya adalah seorang putri raja. Putri Caraka prihatin melihat kondisi Ibu tua itu yang hidup miskin. Ternyata di kerajaan yang kaya raya yang dipimpin oleh Ayahandanya itu, masih terdapat rakyat yang hidup miskin seperti ibu tua itu.
Setelah membersihkan diri, Ibu tua itupun mempersilakan putri untuk menikmati hidangan makan malam yang hanya ada nasi dan berlauk garam. Namun karena lapar yang amat sangat, Putri Caraka pun makan dengan lahap meskipun hanya makan nasi berlauk garam. Nasi panas yang mengepul dan taburan garam ternyata rasanya nikmat sekali dan mampu menghilangkan rasa lapar sang Putri.
Putri pun teringat akan Ayahandanya dan keberadaannya di hutan itu, yaitu karena garam.

Singkat cerita, putri pun tinggal selama bertahun-tahun dengan si Ibu tua, dan sehari-hari makanan mereka adalah nasi dan garam.
Tahun pun berlalu. Suatu petang, Putri Caraka dan Ibu tua melihat iring-iringan pengawal kerajaan yang ternyata sedang mengawal Raja yang sedang berburu dan tak terasa hari beranjak petang. Raja dan pengawalnya pun meminta ijin Ibu tua untuk beristirahat sejenak di gubuknya. Tentu saja Ibu tua mengijinkannya dengan senang hati.

Tak ada yang dapat dia sajikan untuk sang Raja kecuali hidangan yang sama yaitu nasi putih dan garam. Namun, sebelum sempat Ibu tua itu menyajikan, Putri Caraka berkata, “Ibu biar saya saja yang menghidangkan.” Pada saat itulah sang Putri menyimpan garam yang selayaknya dia hidangkan bersama dengan nasi untuk sang Raja dan para pengawalnya.
Raja pun mendapat hidangan nasi putih yang masih panas mengepul. Tak ada hal lain yang dapat Raja lakukan selain melahap nasi putih yang dihidangkan, namun karena hanya nasi putih, tentu saja tidak ada rasanya. Tanpa sadar, Raja pun menggumam, “Coba kalau ada sedikit garam, nasi putih panas ini pasti akan menjadi sangat nikmat.”
Putri Caraka mendengar gumaman Raja dan berkata, “Memang, garam sesungguhnya benda kecil yang sederhana, namun sangat berharga, karena dia memberikan rasa, dan menghilangkan hambar. Dia akan mudah dirasakan kalau lidah kita peka. Seperti sebuah kasih sayang, kadang terdengar kecil dan sederhana dan hanya bisa dirasakan oleh orang-orang yang peka.”

Sang raja pun terkesiap mendengar perkataan sang Putri, dia baru menyadari bahwa putri yang berada di hadapannya adalah putrinya yang dulu dia usir karena menyatakan bahwa kasih sayangnya kepada dirinya seperti garam. Dan kini dia baru menyadari bahwa ternyata garam, benda kecil sederhana, namun sangat dia butuhkan.
Dengan penuh haru, Raja pun memeluk putrinya dan meminta maaf atas kesalahannya serta meminta putrinya kembali ke istana.
Dan sebagai ungkapan terima kasih kepada Ibu tua yang telah merawat putrinya selama bertahun-tahun, Raja pun mengajak Ibu tua untuk tinggal di istana.

Demikianlah, akhirnya Raja beserta ketiga purtinya hidup bersama kembali dan bahagia.

===================================

Tidak harus dengan hal besar untuk menyatakan kasih sayangmu pada seseorang, apakah itu orang tua, saudara, teman atau kepada sesama.

Selama langit masih terbentang, maka laut akan terus berada di bawahnya Dan jika laut luas tidak berbatas, maka begitu pula jumlah garam yang terkandung di dalamnya.
Selama matahari masih bersinar, maka kilauan cahaya laut dan tumpukan garam di sepanjang pantai melebihi kilau permata yang akan memancar ke seluruh penjuru dunia, dimana laut berada.
Seperti garam, kasih sayang Putri Caraka melebihi langit yang terbentang, laut yang luas dan kilauan permata, namun tetap sederhana dan tidak berlebihan, karena semua itu datangnya dari dalam hati. Dengan mengecap rasa garam, maka kita akan mengingat betapa Tuhan menciptakan laut untuk kita manfaatkan, betapa Tuhan menciptakan matahari untuk mengeringkannya, dan Tuhan menciptakan kita untuk menikmatinya dengan rasa syukur….

Have a nice weekend!

Salam,
Oktira Kirana

No comments: