Thursday, March 18, 2010

Berpikir Kreatif, Solusi dari Masalah...

BERPIKIR KREATIF, SOLUSI DARI MASALAH


Seperti dalam sebuah film seri yang ditayangkan tahun 90-an, yang sekarang ditayangkan ulang di stasiun TV berkabel, Mac Giver, seorang biasa yang yang penuh dengan ide-ide kreatif. Dengan idenya yang kreatif, Mac Giver mampu menciptakan peralatan yang canggih untuk melawan musuh atau membebaskan diri. Dimana pun dia berada selalu dapat menggunakan bahan-bahan di sekitarnya untuk menyelesaikan masalahnya. Apakah itu di gudang, di lab, bahkan di terowongan bawah tanah.

Kondisi yang kita hadapi sehari-hari tidak beda dengan yang dialami Mac Gyver, hanya mungkin kondisi ‘kritis’ yang kita alami tidaklah se-ekstrim yang dialami oleh Mac Gyver.

Mulai saat kita berangkat kerja, di perjalanan, mulai mengoperasikan komputer sampai menjelang pulang, pasti kita dihadapkan pada banyak masalah. Sebagian ada yang dapat kita selesaikan. Namun tidak jarang, masalah-masalah tersebut berlalu begitu saja tanpa terselesaikan dan akan muncul kembali keesokan harinya.
Lalu, bagaimana agar kita mampu menemukan solusi dari setiap permasalahan dan tidak membuatnya menjadi masalah yang berlarut-larut? Mencarinya!
Proses pencarian inilah yang disebut sebagai proses berpikir kreatif. Proses berpikir yang akan menghasilkan ide-ide baru yang mungkin saja salah satunya dapat mengatasi masalah.

Ide kreatif menjual teh dalam botol bahkan menjual air putih dalam kemasan, pada permulaannya dipandang sebagai ide yang aneh. Namun, lambat laun ide tersebut menjadi sebuah usaha yang bernilai milyaran rupiah. Saat keberhasilan diraih, orang lain pun meniru usaha tersebut. (nggak heran… :)

Ide untuk minum dengan menggunakan sedotan pun merupakan ide kreatif yang tercipta tidak secara kebetulan, tetapi karena dihadapkan pada usaha penyelesaian masalah.
Konon begini ceritanya …………….

Diceritakan, Nasarudin Hoja, dipanggil oleh Raja untuk menerima tantangan Raja. Seperti biasa, taruhannya adalah 100 kali cambuk bila Hoja tidak dapat memecahkan teka-teki atau pun tantangan yang diberikan oleh Raja. Sebaliknya Hoja akan menerima 100 keping emas bila dapat memecahkannya.
Bertempat di lapangan terbuka, Raja mengundang seluruh rakyatnya untuk menyaksikan ‘pertarungan’ ini.

Pada hari yang telah ditetapkan, rakyat berbondong-bondong menuju lapangan istana tempat ‘pertarungan’ dilaksanakan.
Hoja datang tepat waktu dan menghormat Raja dengan takzim. Dengan berdebar Hoja menunggu tantangan apa kiranya yang harus dia selesaikan.

Tepat di tengah-tengah taman, telah tersedia sebuah meja batu yang di atasnya terdapat sebuah bejana kecil bermulut langsing berisi penuh air.

Perlahan Raja beranjak dari tempat duduknya dan maju untuk menyampaikan tantangan hari ini. Dan, inilah tantangan : Hoja harus dapat meminum air yang ada di dalam bejana, tanpa mengangkat bejana dari atas meja.

Seketika suasana menjadi tegang. Rakyat menantikan apa yang akan dilakukan Hoja. Mereka mulai khawatir, apakah Hoja akan mampu melakukan tantangan Raja, atau Hoja akan didera cambuk 100 kali karena kalah.

Hoja berdiri di tengah lapangan, di samping meja batu tersebut. Tidak nampak ketegangan diwajahnya namun nyata terlihat dia sedang berpikir keras. Mengangkat meja dan membiarkan air mengalir lalu meminumnya adalah hal yang mustahil dia lakukan, karena selain meja batu tersebut sangatlah berat, air yang mengalir akan cepat meresap ke dalam batu sebelum dia sempat meminumnya.
Hoja terdiam sejenak, lalu dengan tenang Hoja melangkah ke pinggir lapangan, berkeliling mencari-cari sesuatu. Hoja berhenti di sebuah pohon yang berdaun lebat. Dia memetik selembar daun yang cukup lebar, dan perlahan kembali ke tengah lapangan membawa daun tersebut. Hoja berjalan mendekati meja batu. Begitu sampai di tepi meja, Hoja menggulung daun yang dia petik tadi sehingga menyerupai tabung kecil, dan dengan yakin dimasukkannya salah satu ujung gulungan tersebut ke dalam bejana dan membiarkan ujung lainnya tetap di luar bejana. Dengan ujung yang tersisa tersebut, Hoja mulai meminum air di dalam bejana dengan menyedotnya.

Tidak perlu menunggu waktu yang lama, air dalam bejana itu pun habis dan tidak setitik air pun menetes di atas meja.

Tak perlu saya lanjutkan lagi ceritanya, Anda pun tahu bahwa akhirnya Hoja memenangkan tantangan tersebut dan berhak atas 100 keping emas.
Apa yang Hoja lakukan terkesan ‘sepele’ karena saat ini kita sudah tidak asing lagi dengan benda yang bernama ‘sedotan’ (straw).

Dan bukanlah hal yang luar biasa bila Anda melihat orang meminum minuman botol dengan menggunakan sedotan. Bahkan minuman dalam gelas pun seringkali diminum dengan menggunakan sedotan. Bahkan mulai berkembang ke arah inovasi lain dengan munculnya bentuk dan ukuran sedotan yang bervariasi.

Terlepas benar atau tidaknya cerita tersebut di atas dalam kaitannya penemuan sedotan, satu hal yang dapat kita pelajari adalah, diperlukan proses berpikir kreatif untuk menyelesaikan suatu masalah selain berpikir analitis.

Disadari atau pun tanpa disadari, terkadang kita sudah melakukan proses berpikir kreatif. Namun tidak semuanya berakhir dengan hasil yang memuaskan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah.
Namun jangan menyerah, orang bijak berkata, kesalahan adalah guru yang terbaik. Tidak ada kesuksesan tanpa adanya kesalahan. Thomas Alpha Edison telah ribuan kali gagal dalam percobaannya. Namun, dengan tekun dan dengan terus melakukan proses berpikir kreatif masalah tersebut dapat diatasi.

Berpikir kreatif, solusi dari masalah!

No comments: