Wednesday, February 17, 2010

Employee Engagement atau Employee Satisfaction?

EMPLOYEE ENGAGEMENT atau EMPLOYEE SATISFACTION?

Alhamdulillah, akhirnya saya mendapatkan kesempatan untuk menjadi salah satu pembicara atau narasumber dalam HR Revolution Forum, sebuah event international yang diorganisir oleh sebuah lembaga training yang berkantor di Malaysia, JFPS Group Malaysia.

Yang pasti banyak pembicara yang jauh lebih senior, baik dari pengalaman pekerjaan maupun dalam pengalaman sharing. Namun hal itu tidak mengecilkan hati saya, justru saya bangga telah mendapatkan kesempatan “sepanggung” dengan beliau-beliau yang telah senior. J

Addressing the top priorities of today’s HR leaders in order to survive a tough economy” adalah tema yang diangkat dalam event HR Revolution kali ini.

Membahas tentang Talent Management & Retention, Innovation in Compensation & Benefits, Succession Planning & Leadership Development, Employee Engagement & Motivation, dan ditutup dengan Strategic HR Management.

Sharing saya adalah tentang “Making employee recognition as personal experience for every employee with an effective corporate recognition program”. Isinya memang lebih banyak tentang praktik-praktik program non-monetary recognition yang ada di perusahaan tempat saya bekerja, yaitu TNT, dan bagaimana program-program tersebut diciptakan dan dikembangkan secara terstruktur.

Pertanyaan awal yang muncul adalah, apa tujuan diciptakan atau dikembangkannya program-program penghargaan tersebut? Apakah bertujuan untuk mencapai “employee satisfaction” ataukah bertujuan untuk memperoleh “employee engagement” (sengaja kedua istilah ini tidak saya terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, karena justru itulah yang akan saya bahas di sini).

Saya yakin kedua istilah tersebut telah cukup familiar bagi komunitas HR. Dalam kesempatan tersebut, saya lempar pertanyaan ke forum : Menurut Anda mana yang memiliki nilai/ rasa yang lebih tinggi, apakah satisfaction atau engagement?

Jawaban yang saya peroleh adalah : engagement.

Saya lanjutkan ke pertanyaan berikutnya, “Lalu bagaimana Anda menjelaskan perbedaan makna keduanya?”

Seorang peserta menjawab, kalau satisfied itu senang, sedangkan kalau engaged itu loyal.

Saya anggap jawaban tersebut benar. Namun saya punya penjelasan yang lebih tentang perbedaaan “rasa” kedua istilah ini.

Sebelumnya saya mohon maaf kalau penjelasan saya ini bersifat agak eksplisit baik dalam bahasa maupun makna. Namun maksud saya adalah untuk sekedar mempertegas perbedaan “nilai” atau makna dari istilah tersebut.

Saya juga yakin, pembaca forum kita adalah orang-orang yang cukup dewasa untuk menerima penjelasan saya.

Sebelum saya berikan penjelasan lebih lanjut, kembali saya lemparkan pertanyaan ke forum, Manakah yang lebih suka Anda dengar, apakah :

1) having sex; atau

2) making love

Jawabannya tentu mudah ditebak, yaitu yang nomor 2.

Kira-kira itulah yang menjelaskan perbedaan makna antara satisfied dengan enganged.

Dengan “having sex” hasilnya adalah satisfied, dengan “making love” hasilnya adalah enganged.

Kegiatannya bisa jadi sama, namun rasa dan makna yang dihasilkan sangat berbeda.

Satisfied adalah rasa yang muncul karena kita merasa puas, senang, bahagia karena terpenuhi keinginan atau harapannya, karena mendapatkan sesuatu yang diidamkan. Namun, begitu keinginan dan harapan itu sudah terpenuhi dan sudah tidak ada keinginan lagi, maka rasa senang atau bahagia itu akan berkurang dan lama-lama hilang.

Enganged adalah rasa yang timbul setelah rasa puas, senang dan bahagia dan akhirnya muncul keterikatan dengan sesuatu yang memberinya rasa puas, senang dan bahagia itu. Rasa ini lebih bertahan lama karena keterikatannya bukan pada akibat tetapi pada penyebab yang memberikan kepuasan atau kesenangan tersebut.

Itu adalah penjelasan sederhana versi saya.

Namun, dalam bahasan ini, saya tidak akan membiarkan anda hanya memperoleh penjelasan versi saya, definisi yang lebih ”ilmiah” saya peroleh dari salah satu nara sumber yang mendefinisikan engagement sesuai “Towers Perrin Global Workforce Study, 2007-2008”, sebagai berikut :

Employee Engagement didefinisikan melalui tiga dimensi yaitu :

RASIONAL : seberapa besar karyawan memahami peran dan tanggung jawab mereka. (berkaitan dengan ‘thinking’ atau pemikiran)

EMOSIONAL : seberapa besar semangat kerja dan energi yang dimiliki oleh karyawan dalam melakukan pekerjaannya. (berkaitan dengan ‘feeling’ atau perasaan)

MOTIVASIONAL : seberapa baik kinerja karyawan dalam melakukan pekerjaannya. (berkaitan dengan ‘acting’ atau tindakan)

Sedangkan untuk tingkat engagement-nya didefinisikan sebagai berikut :

ENGAGED : karyawan memberikan seluruh kemampuannya dengan penuh kesadaran, dengan tingkat rasional, emosional maupun motivasional yang tinggi.

ENROLLED : karyawan memberikan kemampuannya dengan kesadaran tinggi secara rasional dan motivasional namun kurang ada keterikatan emosional.

DISENCHANTED : karyawan memiliki tingkat keterikatan yang rendah baik secara rasional, emosional maupun motivasional.

DISENGAGED : karyawan sama sekali tidak memiliki keterikatan secara rasional, emosional dan motivasional.

Sumber yang sama menyebutkan bahwa 4 dari 5 karyawan, tidak sungguh-sungguh memberikan potensinya dan melakukan tugasnya untuk membantu organisasi. Secara statistik hanya 21% karyawan yang Engaged, sementara 41% Enrolled, 30% Disenchanted dan 8% sisanya Disengaged.

Lebih jauh sumber tersebut juga memberikan data bahwa tingkat employee engagement mempengaruhi kinerja finansial organisasi dimana organisasi dengan tingkat employee engagement yang tinggi lebih profit dibandingkan organisasi dengan tingkat employee engagement yang rendah, dengan perbandingan operating margin sebesar 3.74% berbanding -2.01% dan net margin sebesar 2.06% berbanding -1.38%.

Karyawan yang ‘engaged’ juga relatif lebih suka tetap tinggal di organisasinya. Dengan kata lain, tingkat employee engagement juga mempengaruhi tingkat retensi karyawan, dimana organisasi yang memiliki tingkat employee engagement yang tinggi, maka 51% karyawannya menyatakan tidak berencana untuk meninggalkan organisasi; 39% menyatakan tidak mencari pekerjaan baru, namun akan mempertimbangkan tawaran baru jika ada; 5% merencanakan untuk berhenti bekerja dalam beberapa tahun lagi; 4% aktif mencari pekerjaan lain; dan hanya 2% yang telah berencana untuk meninggalkan pekerjaannya yang sekarang.

Lalu, apa yang bisa kita lakukan untuk memperoleh tingkat employee engagement yang tinggi? Banyak hal dan faktor, dan salah satunya adalah reward & recognize.

Bagaimana caranya?

Terlepas dari segala definisi (baik versi sederhana maupun ilmiah), semua kembali kepada praktek di organisasi masing-masing.

Bagaimana dengan organisasi Anda?

http://okirana.blogspot.com/

No comments: