Thursday, February 25, 2010

Mengatasi Perasaan Negatif

MENGATASI PERASAAN NEGATIF


Bukan Jakarta namanya kalau tidak macet. Mungkin itu ungkapan yang pas kalau kita terjebak macet di Jakarta. Justru kalau Jakarta lengang, orang malah terheran-heran, kenapa kok tiba-tiba Jakarta jadi sepi? Kalau tidak lagi lebaran ya liburan (sekolah).

Jarak perjalanan saya ke kantor sebenarnya tidak terlalu jauh hanya sekitar 35km sekali jalan, lewat jalan tol setengah, setengahnya lagi jalan biasa (menghindari 3 in 1). Namun cobaan dan ujian kesabaran sepanjang perjalananan terasa lebih jauh dari jarak yang sebanarnya.
Karena masih belum punya asisten yang membantu saya menyetir, maka saya masih harus menyetir sendiri. Teman-teman saya bilang saya termasuk orang yang sabar karena masih bisa menyetir sepanjang 35km yang waktu tempuhnya bervariatif mulai dari 1,5 jam kalau jalan benar-benar lancar sampai 3 jam kalau terjebak macet yang tak berkesudahan. Saya bangga tentunya mendengar ’pujian’ teman-teman tersebut. Tapi jangan salah, saya punya banyak masalah kesabaran sepanjang perjalanan itu.

Masih tentang bahu jalan. Sepertinya saya punya ‘klik’ tersendiri setiap kali memperhatikan bahu jalan 
Alhamdulillah, saya bukan termasuk orang yang suka menggunakan bahu jalan jika berjalan di jalan tol, malah bisa dibilang anti. Kalaupun saya tidak menyetir sendiri, maka saya akan bilang ke ’pak sopir’ untuk tidak menggunakan bahu jalan, kecuali dalam kondisi darurat sesuai aturannya.

Manusiawi kalau ada perasaan marah atau jengkel saat ada mobil yang dengan sengaja mendahului dari kiri, atau berjalan lambat di jalur kanan pada saat di jalan tol, atau tiba2 pindah ke lajur dari bahu jalan karena di bahu jalan ada polisi yang sedang patroli. Terus terang saya akan marah juga dengan kejadian-kejadian itu, bahkan seringkali kemarahan saya terbawa terus sepanjang perjalanan saya sampai di kantor. Ujung-ujungnya, sampai kantor saya capek sendiri, capek hati dan capek badan karena tegang terus. Dan kejadian seperti ini tidak sekali-dua kali terjadi, tetapi setiap hari, minimal 3 jam dalam sehari dan 5 hari dalam seminggu.
Bisa anda bayangkan betapa capek badan dan pikiran bila 15 jam dalam seminggu yang kita bawa adalah rasa marah dan jengkel.

Itu yang berlaku pada saya, belum tentu Anda pun merasa demikian untuk kejadian yang sama. Setiap orang memiliki cara yang berbeda2 saat mulai terpancing (ingat artikel saya “Melawan atau Mengarahkan Lawan”) dan mengalami situasi sulit.
Beberapa orang mampu mengelola emosinya dengan baik sehingga mampu memberikan tanggapannya secara produktif dan tidak terpancing. Beberapa lainnya memberikan tanggapannya dengan tidak produktif, seperti saya waktu itu.

Tapi itulah kenyataannya. Setelah sekian lama, baru saya menyadari bahwa kejengkelan dan kemarahan saya itu tidak perlu. Siapa sih yang rugi kalau kita marah dan jengkel ke orang lain? Tak lain dan tak bukan ya diri kita sendiri. Sementara orang lain tetap melaju meninggalkan kita yang bersungut-sungut menahan kesal.

Setiap orang memiliki perasaan yang berbeda-beda saat mengalami seituasi sulit. Hal ini bisa disebabkan oleh latar belakang atau pengalaman yang berbeda.
Misalnya latar belakang keluarga. Seseorang yang terbiasa mendengar suara keras dalam keluarganya, tidak akan terganggu atau biasa saja menghadapi orang yang berteriak2 di dekatnya, tetapi sebaliknya, seseorang yang terbiasa diperlakukan lemah lembut dalam lingkungan keluarga, akan merasa tidak nyaman bila mendengar suara keras sekalipun suara tersebut tidak bermaksud untuk memperlakukan dia secara kasar.

Atau karena pengalaman. Seseorang yang sudah pernah bertemu dengan pelanggan A yang sangat kritis dan cerewet, misalnya, maka terhadap kata-kata pelanggan A yang kritis, dia akan merasa biasa-biasa saja, karena dia sudah sering mengalaminya. Tetapi akan berbeda bila pelanggan A bertemu dengan orang yang baru pertama kali mengenal dia, maka bisa jadi orang tersebut akan bereaksi keras dan membalas kata-kata A yang kritis.

Biasanya Anda melakukan sesuatu sesuai dengan yang Anda rasakan, bila Anda merasa negatif, maka perilaku negatif yang akan Anda perlihatkan. Sebaliknya bila Anda merasa positif, maka perilaku positif yang akan Anda perlihatkan. (bahasa kerennya mungkin LoA ya?)

Berdasarkan pemahaman itu pulalah, dua minggu belakangan ini, saya mencoba untuk mulai belajar bersabar (terlambat? Tidaklah, tidak pernah ada kata terlambat untuk belajar bukan?). Dan latihan pertama saya adalah belajar mengatasi perasaan negatif selama di jalan, walaupun masih banyak hal-hal lain yang membutuhkan latihan kesabaran saya juga.

Ada banyak cara untuk menghindari atau mengatasi perasaan-perasaan negatif. Ada cara-cara negatif, ada pula yang positif.
Yang kita bahas cara-cara yang positif saja, siapa tahu dapat menjadi contoh.

Perubahan fisik
Kadang-kadang Anda mengatakan tidak dapat mengubah perasaan Anda. Cobalah untuk mengubah posisi Anda, berpindah, bergerak, berjalan di tempat, berdiri dari duduk atau sebaliknya. Dalam kasus saya, agak sulit karena dalam kondisi sedang menyetir (mau berjalan-jalan jelas tidak mungkin). Maka perubahan fisik yang bisa Anda lakukan misalnya, mengubah posisi duduk dari bersandar menjadi tegak (atau sebaliknya), posisi pegangan setir yang tadinya memegang penuh secara horisontal di kiri dan kanan, pindahkan ke bawah atau atas salah satunya, atau meletakkan tangan di sandaran tangan untuk beberapa saat.
Perubahan fisik sederhana atau mengganti aktivitas Anda, dapat mengubah perasaan Anda.

Mengalihkan perhatian
Jika distorsi biasanya tidak disarankan pada saat kita fokus pada sesuatu, maka tidak demikian saat Anda mengalami perasaan negatif. Mengalihkan atau memecah perhatian pada hal lain selain perasaan negatif yang Anda alami, dapat mengurangi ‘stres’ Anda. Tentu saja pemecah perhatian Anda adalah sesuatu yang positif.
Anda mungkin bisa menyetel musik favorit Anda agak keras dan ikut bernyanyi atau bila perlu sambil menggerakkan badan Anda sesuai irama musik (Anda tidak perlu khawatir dipertanyakan oleh orang lain apa yang terjadi dengan Anda, karena hal tersebut adalah wajar). Atau Anda bisa makan makanan kecil (ngemil) atau makan permen, karena dengan menguyah, membuat Anda mengalami aktivitas yang berbeda. Rasa yang ditimbulkan oleh makanan atau permen yang Anda kunyah akan membantu mengalihkan sedikit perhatian Anda.

Mencari sisi positf atau melihat dari cara pandang orang lain dari setiap perasaan negatif yang Anda rasakan.
Sulit memang, tetapi Anda bisa berusaha. Salah satunya adalah dengan memunculkan pemikiran yang membuat Anda dapat memaklumi suatu kondisi.
Misalnya, jika seseorang menyalip Anda (seperti yang saya alami), maka munculkanlah pemikiran bahwa, orang tersebut sangat terburu-buru, mungkin ada seseorang dalam mobilnya yang sakit dan harus sampai di rumah sakit dengan segera, atau mungkin istrinya mau melahirkan, atau mungkin dia terlambat menghadiri suatu pertemuan paling penting dalam hidupnya, dll.
Atau jika seseorang tiba-tiba menyerobot antrian Anda, munculkanlah pemikiran mungkin orang tersebut sudah mengantri dari kemarin dan belum juga mendapatkan tiket, atau kakinya sedang sakit sehingga tidak kuat berlama-lama berdiri, atau mungkin ....

Tindakan apapun yang Anda lakukan untuk mengurangi perasaan negatif Anda, yang terpenting adalah Anda harus bertanggung jawab terhadap perasaan Anda sendiri dan tidak menyalahkan orang lain. Dan yang pasti melakukannya dengan ikhlas...

Sabar Itu Indah ...
Bersabar diri merupakan ciri orang-orang yang menghadapi pelbagai kesulitan
dengan lapang dada, kemauan yang keras, serta ketabahan yang besar.

No comments: