Tuesday, February 23, 2010

Pemimpin yang Berkualitas

PEMIMPIN YANG BERKUALITAS

"Seorang pemimpin adalah seseorang yang melihat lebih banyak dari pada yang dilihat orang lain, yang melihat lebih jauh dari pada yang dilihat orang lain, dan yang melihat sebelum yang lainnya melihat." -Levoy Eims-

Salah satu aktivitas dalam training leadership yang pernah saya ikuti adalah peserta diminta membuat daftar ciri-ciri pemimpin yang mereka inginkan/ harapkan menurut pendapat masing-masing. Dan hasilnya sangat manusiawi, bahwa saat diminta membuat daftar keinginan, maka daftarnya panjang dan isinya ideal.
Ada yang menginginkan seorang pemimpin yang cerdas, pemimpin yang dapat memberi contoh/ teladan, pemimpin yang inspiratif, pemimpin yang tegas, pemimpin yang dekat dengan bawahannya, pemimpin yang memiliki visi, pemimpin yang kreatif, pemimpin yang tidak pelit..........dst.dst.

Hampir semuanya ideal.
Begitu ditanyakan kembali kepada para peserta, apakah ciri-ciri tersebut ada dalam diri mereka, tentu mudah ditebak jawabannya..... “Belum”.
Atau jawaban diplomatisnya adalah “Itu ciri-ciri yang saya harapkan ada pada atasan atau pemimpin saya...bukan pada saya....”

Namun ada jawaban peserta training yang masih saya ingat, karena salah satu daftarnya adalah “pemimpin yang mengayomi”...
Aduuh...teduh sekali rasanya..punya pemimpin yang seperti itu...begitu bayangan saya waktu itu. Sayangnya saya lupa penjelasan peserta tersebut, maksud dari pemimpin yang mengayomi yang dia maksudkan.

Kalau tidak salah, contoh yang dia berikan adalah :
Ibarat dalam keluarga, bila orang tua mendapat laporan anaknya nakal di sekolah, maka tidak serta merta orang tua menghukum anaknya atau meminta pihak sekolah untuk menghukum anaknya tanpa mengusut lebih lanjut permasalahannya.
Yang akan dilakukan pertama kali oleh orang tua adalah berbicara dengan anaknya, mencari tahu apa yang terjadi, mencoba mempelajari permasalahannya. Dan kalau memang ternyata anaknya salah, ya... tentu saja harus mendapat sanksi yang sesuai, baik itu dari pihak sekolah maupun dari orang tuanya. Tetapi paling tidak si anak merasa suaranya didengar, penjelasannya diperhatikan, walaupun pada akhirnya dia harus mempertanggungjawabkan kesalahannya dan memperoleh sanksi.
Mengayomi. Itulah kira-kira bahasa untuk menggambarkan ilustrasi di atas. Ada unsur melindungi dalam batasan tertentu. Ada komunikasi antara anak dan orang tua dalam konteks keluarga. Ada rasa empati dari orang tua kepada anaknya atas apa yang terjadi, yang menimbulkan perasaan nyaman dan aman dalam diri si anak, terlepas dari konsekuensi yang akan dia terima.

‘But, no body’s perfect’. Mencari pemimpin yang ideal atau berkualitas itu susah apalagi menjadi salah satu diantaranya.

Tetapi Daniel Goldman memiliki versi tersendiri tentang tipe seorang pemimpin, yaitu :

Visionary, seorang pemimpin yang mempunyai visi, tahu kemana tim-nya akan pergi dan tahu bagaimana cara mencapainya. Tak hanya menciptakan visi dan misi, seorang pemimpin juga harus mampu melakukan perencanaan yang teliti dan persiapan yang matang, serta mampu merumuskan realita yang ada, termasuk memperhitungkan kekurangan dan kekuatan yang ada dalam tim, organisasi, bahkan mungkin dalam konteks keluarga.


Coaching, seorang pemimpin yang mampu mendidik, di mana timnya dapat belajar dari dirinya, baik belajar pengetahuan maupun pengalaman. Pemimpin juga harus terus menambah ilmu dan rela membagi ilmunya demi tercapainya visi dan misi.

Affiliate, seorang pemimpin yang harmonis dan democratic, yang menghargai pendapat orang lain. Dengan menghargai perbedaan maupun kekurangan masing-masing anggota timnya, seorang pemimpin akan mampu menciptakan harmonisasi sehingga unsur-unsur yang ada saling bersinergi untuk mencapai visi dan misi. Seorang pemimpin juga dituntut untuk peka dan mampu memperhitungkan potensi yang ada untuk menciptakan dan merealisasikan visi dan misinya menjadi kenyataan.

Pacesetting, seorang pemimpin yang dapat memberi contoh dalam bertindak maupun berpikir. Pemimpin yang berpikir optimis akan menghasilkan tim yang optimis pula.
Tidak dapat dipungkiri bahwa tingkah laku tim sedikit banyak akan mengikuti pemimpinnya disadari atau tidak. Sebagaimana seorang anak melihat contoh pada orang tuanya. Jika orang tua memberi contoh yang positif, misalnya selalu mengucapkan kata-kata baik, bertingkah laku sopan, maka sang anak pun tidak akan jauh-jauh dari tingkah laku tersebut. Sebaliknya, orang tua yang memberi contoh negatif, anak pun akan terpengaruh untuk melakukannya.

Commanding, seorang pemimpin yang tegas dan berani mengambil resiko.
Tegas bukan berarti serta merta mengambil tindakan tanpa mempelajari lebih lanjut suatu permasalahan. Tetapi seorang pemimpin juga harus mampu memimpin dengan segenap hati, jiwa dan pikirannya. Tak hanya harus memiliki kecerdasan intelektual, seorang pemimpin juga harus memiliki kecerdasan emosional.

Kombinasi dan penerapan yang tepat dari keenam unsur tersebut akan menghasilkan seorang pemimpin yang berkualitas, menurut Daniel Goldman.

Kemampuan-kemampuan tersebut bukanlah tumbuh dalam diri seseorang secara alamiah, tetapi kemampuan itu dapat dilatih. Artinya, siapapun dapat tampil sebagai pemimpin yang berkualitas asalkan ada kemauan dan upaya yang sungguh-sungguh untuk melatih diri.

Apakah Anda salah satunya?

No comments: