KARYAWAN TETAP atau TETAP KARYAWAN?
Bertemu teman lama, kami sempat berbincang tentang kondisi terakhir masing-masing. Dari mulai keluarga, teman-teman yang kami kenal dulu, sampai ke pekerjaan.
Pertanyaan klasik tentunya adalah, “Kerja di mana sekarang?” tanya teman saya. Saya jawab, “Di perusahaan X. Kamu?” Saya balik bertanya. “Saya di bengkel motor” jawab teman saya.
“Haa...??” respon saya dengan penuh kekagetan, bagaimana mungkin, teman saya yang notabene adalah sarjana S1 di bidang ilmu pasti kok jadi nyasar ke bengkel (walaupun saya sendiri sekarang termasuk salah satu yang “nyasar”.
“Bengkel mana” lanjut saya lagi. “Ada Motor”, jawabnya singkat. “Kok bisa?” saya masih belum puas.
“Iya, aku buka usaha sendiri, buka bengkel motor. Memang sih, mungkin nggak nyambung dengan pendidikan, tapi aku kan dari dulu suka otomotif. Jadi, sekalian melakukan hobi, tapi menghasilkan uang. Begitu kan?”
Saya terdiam. Kehabisan kata-kata atau istilah kerennya speechless, nggak nyangka ternyata teman saya ini bukan karyawan lagi, tapi ‘punya’ karyawan alias bos! Dan hebatnya lagi, bos dari perusahaannya sendiri. Meskipun bukan perusahaan yang ngetop, tapi toh tetap perusahaan sendiri, milik sendiri, dikelola sendiri dan menghasilkan untuk diri sendiri dan orang lain. Dan yang paling hebatnya adalah, teman saya ini mampu melakukan hobinya sekaligus melakukan pekerjaannya dan menghasilkan uang!
Ck..ck..ck.. hebat...hebat...!
Bukan bermaksud membandingkan keberuntungan diri sendiri dengan orang lain, tetapi saya mencoba bercermin dari pengalaman teman saya tersebut.
Saya yang dari awal bekerja, mulai dari karyawan project bases, karyawan kontrak yang berharap suatu saat diangkat menjadi karyawan tetap, dan pada saat hari pengangkatan menjadi karyawan tetap itu pun ada, ternyata.....sampai sekarang....saya......tetap karyawan.
Tapi, jangan berani-berani membandingkan diri sendiri dengan orang lain kecuali Anda siap bergerak untuk menjadi yang lebih baik dari diri Anda sekarang, karena bila tidak, maka Anda telah merendahkan diri sendiri.
Saya pun akhirnya tergerak untuk menjadi seperti teman saya itu. Saya mulai mencoba menggali potensi yang ada dalam diri saya yang selama ini mungkin terkungkung di dalam diri karena keterbatasan waktu maupun kesempatan, dan menunggu waktu untuk dieksplor. Saya coba cari dan cari lagi, gali dan gali terus.......
Sampai akhirnya saya bisa menulis seperti ini .....walaupun masih jauh dari sempurna, tapi saya bangga, karena saya mampu menggali potensi saya sekaligus hobi saya dan mempraktekkannya. Kalaupun belum mampu untuk menggerakkan mesin ekonomi saya, paling tidak saya sudah berusaha untuk mulai melepaskan diri menjadi tetap karyawan.....karena saya yakin suatu saat saya akan ‘punya’ karyawan..........
Banyak contoh yang sudah berhasil...............
Pernah nonton acara reality show “Bosan jadi Karyawan”? Lalu, mau jadi apa mereka?
Banyak. Ada yang mau menjadi pengusaha mini market, ada yang mau membuka usaha telekomunikasi (warung telekomunikasi atau warung internet), ada yang mau membuka usaha mini market, ada yang mau buka bengkel, bahkan ada yang mau berjualan burger..............
Intinya adalah ‘MAU’.
Anda bisa menjadi apapun yang Anda inginkan asalkan Anda mau belajar dan berusaha.
Saya yakin, Anda bisa!
Bingung mau mulai dari mana? Jawab dulu pertanyaan ini :
1. Dibidang apa Anda dapat menjadi paling baik, di dunia?
2. Apa yang menggerakkan mesin ekonomi Anda?
3. Apa yang amat Anda minati?
Nah, kalau Anda dapat menjawab ketiga pertanyaan tersebut dalam satu jawaban, maka, itulah saatnya Anda mulai bergerak untuk menjadi diri Anda sendiri yang “HEBAT”.
Ketiga pertanyaan tersebut diatas diistilahkan oleh Jim Collin (penulis buku ‘Good to Great’) sebagai Konsep Landak, dan satu jawaban Anda adalah irisan dari ketiganya.
Bila Anda menghasilkan banyak uang dengan mengerjakan sesuatu yang Anda tidak pernah menjadi yang paling baik, Anda akan SUKSES
Bila Anda menjadi paling baik pada sesuatu tetapi Anda tidak memiliki minat intrinsik atas apa yang Anda lakukan, maka Anda tidak akan pernah tetap berada di puncak.
Bila Anda berminat di suatu bidang, tetapi Anda tidak akan dapat menjadi yang paling baik di bidang tersebut atau tidak memberikan hasil ekonomi yang masuk akal, maka Anda mungkin akan mengalami banyak kegembiraan tetapi tidak membuahkan hasil yang hebat.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
i like ur note.....gue banget....
salam kenal...
Post a Comment